Kamis, 02 April 2009

PS: Ditunggu Segera !



Teman saya di facebook bilang : ”pemilu sekarang "binun" ya milih mo contreng yang mana, gak ada yang mau jadi nomer dua, semua nomer satu ”. Ya memang membingungkan, beberapa minggu belakangan ini politik menjadi eforia yang mau tak mau di alami semua orang. Ratusan banner dengan foto caleg dari yang cakep dan dibikin blur supaya kelihatan terpaksa cakep plus sholeh, tampak jelas terpampang di jalan-jalan utama. Debat partai tampak saling bertolak belakang, beberapa malah saling berbalas pantun, ada partai memprotes program pemerintahan yang sekarang, sampe ketua umumnya nangis2, eeh sekarang malah bikin iklan besar2 mendukung program itu. Ampun DJ !. Benar-benar tidak mendidik, anak2 muda yang masih sehat pikirnya bisa dibuat alergi politik oleh perilaku generasi tua yang tidak kunjung sadar.

Sekarang mau milih juga gamang. Gamang pada perubahan yang mungkin terjadi tapi lebih nestapa pada perubahan yang malah memerosotkan dompet semua orang. Masalahnya, hidup di dunia yang nyata ini sederhana saja. Sejalan dengan teori Maslow. Pemenuhan kebutuhan dasar, pendidikan, kesehatan, aktualisasi diri. Tapi berkaca pada kehidupan saya sendiri, boro2 aktualisasi diri untuk sekedar memenuhi kebutuhan dasar itu saja harus pencet sana, pencet sini.

Untuk tidak memilih kok ya rasanya punya utang. Utang pada nenek2 renta yang masih berkeliaran dijalan menjajakan dagangan ataupun mengemis, utang pada para pengamen kecil yang belum punya hak pilih. Mereka menitipkan suaranya pada kita. Berharap kita menjadi mata bagi yang belum melihat, jadi kekuatan bagi yang saatnya melemah. Mereka menitipkan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

Kepemimpinan adalah bahasan menarik yang tak pernah ada habisnya. Ratusan judul buku mengenai kepemimpinan di bahas panjang lebar, teorinya dipaparkan sangat menarik, semua tampak ideal, untuk apa ? untuk melahirkan pemimpin baru yang di cintai, pemimpin yang memiliki ratusan juta tangan yang tak kelihatan untuk mampu mengatasi segala macam permasalahan hidup.
Tapi seperti juga tulisan ini dan banyak tulisan lain, ada hal-hal yang tidak bisa disampaikan oleh buku atau bahasa tulis. Sesuatu yang harus di alami sendiri, sesuatu yang apabila disampaikan melalui media tutur kata –kepemimpinan- hanya akan menjadi mentah.

Kepemimpinan juga berarti ”mengalami” –menjadi- pemimpin. Ya, meski pengalaman bukan segalanya tapi banyak hal, hanya bisa diketahui setelah mengalaminya. Teori ber arung jeram itu tumpah ruah di internet, tapi bila tidak dialami semua teori2 itu akan sia-sia.

Betapa tidak mudahnya memimpin. Di beberapa negara kita lihat politik seperti tornado yang mencerabut seluruh tatanan hidup yang di buat bertahun-tahun, dan imbas jelek nya selalu tumpah pada yang lemah atau yang dilemahkan. Beberapa negara mengalami peralihan kekuasaan yang sangat keras. Rakyatnya dipaksa melihat segala realitas diatas kesulitan yang bertambah-tambah. Di bagian benua Afrika, ada negara yang rakyatnya bisa benar-benar habis karena perang saudara yang berkepanjangan. Untuk apa ? untuk ego, untuk power yang rasanya manis itu, untuk uang tujuh turunan, untuk pengakuan, untuk hal lain yang berada diluar kemampuan kita mengetahuinya.

Adakah pemimpin yang sukses ? tentu ada. Para pemimpin pendahulu yang berhasil jadi pemimpin negara biasanya terlebih dahulu berhasil menjadi pemimpin agama. Seperti lebah yang mengambil inti sari segala kebaikan bunga, lalu di dalam dirinya semua sari bunga itu diolah dalam bentuk madu yang siap di bagikan pada siapapun yang membutuhkan tanpa memandang segala status, keyakinan dan segala batas lainnya. Dengan kata lain ia berhasil mengejawantahkan inti sari dari keyakinan nya ke dalam keseharian kepemimpinan yang di emban nya saat itu.

Melalui biografinya kita lihat bahwa kepemimpinan itu kebanyakan dari hidupnya adalah service. Seseorang yang memimpin ialah seseorang yang men-service rakyatnya, ia meledak hebat karena motif nya mempertahankan diri bergeser menjadi melayani masyarakat, ia jadi wakil Tuhan dalam hal kewenangannya yang luarbiasa. Pernah dengar seorang pemimpin yang menaklukan hampir separuh dunia dan bertahan dalam kurun waktu yang lama ? ya seorang pemimpin negara sekaligus pemimpin agama. Ia yang kita shalawati sepanjang hari.

Lalu sekarang bagaimana? Pemimpin seperti itu tidak dilahirkan sekali dalam seribu tahun. Pemimpin seperti itu privilege nya yang Maha Kuasa, kapan akan turun atau di turunkan mengurusi dunia adalah rahasia besar. Alih-alih menunggu Tuhan, menurunkan pemimpin dari langit lebih baik kita mencarinya sendiri. Dengan keyakinan bahwa dari para calon pemimpin itu, Tuhan menyelipkan satu dua orang yang akan membuat rakyat negeri ini jauh lebih baik.

Dan alih-alih alergi pada politik, bukankah sebaiknya para generasi muda yang melihat apa yang terjadi sekarang menjadikannya sebagai pelajaran agar hal seperti itu tak pernah terjadi lagi di masa depan. Jalan menuju kepemimpinan yang hebat tentu tidak mudah, tak akan ada kalungan bunga, resiko gagal nya selalu lebih besar. Tapi jika niatnya baik, anda akan di doakan oleh kami-kami yang lemah, di dampingi mereka yang bijak, dan dilindungi oleh tangan-tangan lain yang lebih kuat dari pada landasan-landasan langit dan bumi.

Di tunggu segera kemunculannya !

Tidak ada komentar: