Rabu, 13 Mei 2009

Titik Balik



Sebelum seseorang bertemu kejadian yang cukup telak yang membuat jalan hidup seseorang itu berubah selamanya, atau sebelum bertemu orang lain yang begitu ”kuat” kesannya sampai-sampai mampu merobohkan segala hal yang pernah diyakini selama bertahun tahun maka orang tersebut bisa dikatakan belum bertemu dengan titik baliknya.

"saya berhenti merokok sejak punya anak" kata teman saya
"saya berhenti make (maaf) narkoba, sejak kecelakaan orang tua saya" teman yang lain menimpali
"saya menjadi pro ke orang-orang yang hidup dijalanan, sejak melihat seorang nenek pedagang gorengan duduk di batas marka jalan raya karena kelelahan"

Kita tentu pernah dengar kata-kata seperti ini meluncur di bibir para sahabat atau
teman-teman kita, atau bahkan kita sendiri mengalaminya. Yep titik ini penanda bahwa hidup seseorang akan berubah dengan segera dan selamanya.

Inilah yang saya maksud, titik dimana seseorang bertemu kejadian yang menggugah, membangkitkan ”sesuatu” di dalam dirinya.

Tentu sesuatu yang baik saja yang dibicarakan disini. Lets call : Titik Balik.

Seperti sebuah titik pijakan di tanah, mungkin berupa sebuah batu cadas, bisa tanah liat atau mungkin sebuah keramik bertekstur yang indah. Tapi sekali menginjaknya kita tak akan pernah tahu, paling rendah adalah melompat lebih tinggi, namun yang istimewa malah "terbang" keluar menuju atmosfer. That is titik balik.

Titik balik adalah peristiwa unik. Karena pasti dialami oleh setiap orang, meski peristiwanya mirip-mirip tapi efeknya bisa sangat jauh berbeda. Disini mungkin hanya doa yang kuat dari diri sendiri, dari orang tua dan mereka-mereka yang mengasihi kita agar semua tak jadi lebih buruk sebab selebihnya adalah kekuasaan Tuhan yang luarbiasa hebatnya membolak-balikan hati dan jalan hidup seseorang. Dititik ini benar-benar hanya doa yang kuat.

Sekian tahun hidup dalam ketertindasan pemimpin diktator yang penuh iri hati dan dengki bisa berefek beda pada dua orang sahabat. Si A akan mengingat pengalaman itu sebagai pemicu pembalasan dendam suatu saat nanti, sedang si B bisa mengolah masa-masa pahitnya agar tidak terulang dan berjuang menjadi pembela HAM. Disini keduanya mengalami titik balik tapi terasa jauh bedanya. Keduanya mengalami kegetiran yang sama, masa-masa sulit yang sama, tapi jalan yang ditempuhnya berbeda. Lihat saja, alangkah buruknya rasa iri atas hidup orang lain, sebab ia identik dengan dendam yang tak mengenal rasa puas.

Titik balik merupakan suatu peristiwa revolusioner. Ia memporakporandakan seluruh bangunan nilai-nilai yang pernah dianut. Peristiwa ini peristiwa besar yang akan menghabiskan kekuatan mental seseorang, sebab begitu ia memutuskan sesuatu maka ujian sesungguhnya adalah kepercayaan dirinya. Ketika memutuskan sesuatu maka ujian lainnya adalah hidup yang tak selalu sesuai dengan keinginannya maka disini kekuatan itu sebenarnya diuji: mundur lagi ? atau hadapi dengan tenang ?. Saya berani janji semua itu tak akan mudah.

Mengalami titik balik berarti sedang berada pada titik yang paling menentukan ke arah kehidupan selanjutnya. Di titik ini seseorang berefleksi dengan dirinya, bercakap-cakap tentang banyak hal yang ia temukan selama ini, lalu masuk lebih dalam sedikit lagi. Dari situ ia mengalami apa yang disebut iluminasi, ia terinspirasi oleh tujuan yang lebih besar dari hidupnya, disini -entah bagaimana- pikiran menjadi terang, ia akan sanggup melanggar segala pembatas-pembatas mental untuk bergerak menuju pada apa yang ada di benaknya. ketika sadar ia sudah berada di tempat yang berbeda, tempat lain yang lebih indah, lebih damai. Bagusnya lagi, ia menemukan dirinya lebih besar dan hebat dari sebelumnya.

Di puncak pencapaiannya kesadaran seseorang bergerak ke segala arah, segala kekuatan, kemampuan dan bakat-bakat alami yang selama ini mati suri menjadi bangkit dan hidup.

Contoh :

Titik balik positif saya ambil dari Mochamad Yunus. Saat berjalan menyusuri pasar tradisional kumuh dan mayoritas orang2 yang ada adalah pengemis dari berbagai usia, seketika matanya terbuka. Ini bukan soal siapa yang harus berbuat duluan tapi siapa yang harus di selamatkan duluan. Lulusan terbaik universitas Vanderbilt USA yang menguasai teori ekonomi yang elegan dibenturkan dengan kenyataan yang jauh sangat jauh dari apa yang didapatnya semasa kuliah. Dan ia benar-benar merasa frustasi.

Saat berefleksi yang muncul bukanlah : "bagaimana mengorganisir para pengemis ini agar saya dapat keuntungan dari mereka" tapi " bagaimana saya memberdayakan mereka " . Dan tantangan ini tentu bukan tantangan kelas kacang. Apa yang dilihatnya hari itu menjadi titik balik yang mengubah puluhan tahun cara Yunus memandang kemiskinan. Ia terinspirasi pada tujuan besar, membuat cetak biru dipikirannya, berkemas, berangkat dan berhasil melakukan perubahan.

Sulit sekali menggambarkan suasana batin saat Martin Luther King mengalami titik balik untuk mengusung persamaan hak antara kulit putih dan kulit berwarna. Saat itu teman semasa kecilnya yang berkulit putih dilarang bermain bersama dihalaman rumahnya, alasannya sederhana : karena beda warna. Dan peristiwa puluhan tahun yang getir itulah titik balik yang mengantarkannya sebagai pejuang persamaan hak-hak bagi warga kulit berwarna. Meski lama dan luarbiasa beratnya ia berhasil menyelesaikan perubahan yang di gagasnya. Semua tertegun dengan caranya meninggal tapi semua orang dibuat tersadar dengan mimpinya.

Tentu sulit juga menggambarkan suasana batin seorang Jalaludin Rumi sang mahaguru hebat yang terkenal, beliau punya banyak murid tercerdas yang pernah ada. Tapi setelah mengalami titik balik semua berubah total. Hanya perlu dua hari bagi Syamsudin Et Thabriez(unknown name yang tiba-tiba saja hadir di hidup Rumi) menyampaikan pandangannya pada Rumi. Hanya dua hari kebersamaan mereka tiba-tiba mahaguru Rumi memutuskan meninggalkan semuanya untuk melanjutkan misi menemukan sisi-sisi spiritual Islam yang sekarang disebut kesadaran sufisme. Disusul dengan terbitnya Matsnawi, sebuah kitab sufi klasik yang jadi referensi bagi aliran spiritualis agama-agama besar dunia.

Ruangan gelap berpuluh tahun lamanya seketika terang dengan sebatang lilin yang tak sengaja ditemukannya, tentu bukan nemu lilin atau apinya, tapi siapa yang sengaja menyimpan lilin dan korek api untuk ditemukan oleh orang itu (it must be God isn’t He ?). Kadang hadiah cinta yang terbesar bukan pada seberapa banyak yang ditinggalkan juga bukan seberapa besar yang kita dapat. Melainkan kita dibuat jadi apa oleh cinta.

Bambang tetap Bambang yang masih suka lari tiap pagi. Ratna mungkin mahasiswi yang selalu hadir dikelas ontime, Robert, Dian, Netie, Hartini, Priatna, Nikolai, Anton, Budi, Daman, Luci, Arif, Andri, Irvan, Esti, Rossa, siapa saja. mereka tetap orang biasa yang mungkin tetap bergelut dengan kegiatan sehari-hari. Tapi spiritnya sudah lain. Mereka sudah ketemu misi hidupnya. Tinggal menunggu saja ledakannya.

Sudahkah bertemu titik balik yang seperti ini ? sudahkah mengalaminya ?.

Setiap hari kita bertemu banyak peristiwa, haruskah menunggu ? bisakah kejadian biasa disikapi luarbiasa hingga hari ini selalu lebih baik dari kemarin ?

Selamat menjadi orang hebat !