Kamis, 16 April 2009

Inner Strength



Facebook yang gila-gilaan. Saya keranjingan situs jejaring sosial itu akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, meski secara fisik tidak bertemu tapi saya masih bisa ngobrol ngalor ngidul dengan teman-teman semasa sekolah yang dulu suka kabur bareng menghindari jam pelajaran tertentu, rasanya menyenangkan menimpali komen komen yang masuk. Yah meski sebenernya banyak yang gak penting dibahas tapi itu mendekatkan kami kembali, its great!.

Dan semua berubah.

Hampir sepuluh tahun. Para tukang kabur itu kini banyak yang sholeh, kecuali saya mungkin -hahaha- selama sepuluh tahun itu pula kami tak tahu kabar masing-masing, maklumlah teknologi selular dulu masih mahal. Dan saya dibuat tercengang oleh para teman, adik-adik kelas dan para sahabat saya sekarang. Ada yang sudah jadi ayah atau ibu, bidang pekerjaannya pun selain berlainan juga jorok. Maksud joroknya adalah menjelajah kemana-mana. Bolak-balik ke Singapura, magang di Jepang, rapat di New York, tiga bulan sekali harus ke Australia, presentasi di Manila, dua minggu di Hanoy, setengah bulan di Cape town. Gila ! buat saya gila karena semasa kami sekolah dulu saya tak bisa melihat akan sejauh ini.

Kami lulus pas jaman krisis, dua tahun kejatuhan orde baru semua serba tak pasti. Hampir tak ada jalan. Saya ingat di lantai dua ruang praktek kami sering membicarakan apa saja kecuali masa depan, karena masing-masing dari kami tak tahu apa yang akan terjadi. Bila guru-guru kami membicarakan pekerjaan, maka kebanyakan kami menerawang kemana kira-kira akan kami pergi. Lalu semua buyar tanpa bekas.

Ternyata krisis bukan jaminan kami tidak bisa meneruskan hidup, krisis bukan penghalang kemana kami harus pergi, menapaki jalan yang sama sekali baru dan asing, tak ada siapa-siapa, bahkan tanpa direncanakan perjalanan sejauh ini. Yang ada hanya menjalani. Lalu dimana keberanian itu muncul ?.

Meninggalkan rumah, bekerja, menghadapi kehidupan baru sambil menjalaninya bertumbuh. Saya tahu semua pada awalnya sangat sulit bahkan tak jarang sekarangpun masih tetap saja menemui kesulitan tapi kebanyakan tak menyerah. Malah merangsek maju dan melewati kesulitan. Dari mana keberanian itu muncul ?.

Mengagumkan jika mendengarkan ceritanya. Beberapa teman berani, karena percaya hal ini : perjalanan jauh berkilo-kilo meter itu dimulai dari langkah pertama. Beberapa teman meyakini bahwa satu-satunya hal yang paling disesali nanti adalah karena sesuatu yang tak coba dilakukan. Dan yang lainnya berani karena satu-satunya cara untuk berhasil adalah mempertaruhkan segalanya termasuk melangkah dari zona aman ke zona yang tidak diketahui rimbanya.

Seorang teman terinspirasi oleh tabiat elang laut : saat akan ada badai dimana makhluk lain menyingkir menghindar maka sang elang malah terbang tinggi melewati badai. Semua untuk harapan. Sebuah harapan untuk hidup yang lebih baik.

Ah situasi krisis yang menakutkan itu ternyata memiliki efek yang sama dengan situasi yang menunjukan kekuatan kita yang sebenarnya, inner strength !. ternyata malam yang luarbiasa gelap dan menakutkan itu hanya menunjukan kalau pagi akan segera tiba. Yah ternyata krisis pun berguna. Ia hanya menunjukan bahwa kita harus lebih berani, bila berhasil melewatinya tak diragukan bahwa semua akan memperkaya kehidupan kita.

Masih takut ? oh ya haruskah ?

1 komentar:

ivanhinji mengatakan...

berani.....!!!