Rabu, 07 Januari 2009

Time To Give



Sedih sekali saat membaca surat kabar dan nonton tv beberapa hari belakangan ini. Banyak orang nekat membuat finish dirinya sendiri (baca : bunuh diri) terutama pemuda-pemudi harapan bangsa yang super potensial itu. Tentu banyak sebab yang mendasarinya dan tidak melulu uang atau pekerjaan, rasa kesepian, hampa dan kosong batin bisa jadi penyebabnya, ditambah informasi2 negatif setiap hari yang melemahkan mental.

Dari banyaknya akar masalah tersebut yang mungkin berjuta-juta itu bagaimana kalo kita 'cut' saja dari sini.

Saya mengajak pembaca melihat lebih dekat ke keluarga (orang tua, kakak, adik),teman-teman, para sahabat-sahabat kita. Adakah yang dapat menangkap sinyal kegelisahan mereka ?, pernahkah menyediakan 'kuping' kita buat tempat mereka curhat ? supaya seengak-enggaknya ada orang yang masih mau bergandeng tangan 'menguatkan'. Ya sekedar mendengar tapi efeknya luar biasa. Telinga yang hanya mendengar itu bisa membuat luka hati sedikit mengering dan berangsur pulih. Mereka adalah bagian dari hidup kita. Kita tak mau tragedi menimpa orang-orang yang selama ini telah menghangatkan hati kita, bukan ?.

Saya pernah dalam kondisi 'nothing'. waktu muda sekali, keluar dari rumah. kerja, bertarung dengan kondisi mirip jalanan. keras, kosong, limbung dan pernah satu waktu saya merasa menyesal telah meninggalkan rumah yang aman, orang tua, saudara2 yang meskipun sering berantem tapi tetap membuatkan nasi goreng yang enak, plus kasur-kasur yang hangat. Saya totally lost semua itu. Merasakan semua gelisah, mual, putus asa, frustasi dengan lingkungan dan 'no clue'. Tapi di saat-saat yang paling menentukan itu saya msih ingat kalo saya punya keluarga yang masih bisa saya kunjungi sebulan dua kali, teman yang empati, sahabat saat kuliah (thanks to Dian, Netie, Rangga,Paul, widodo), sahabat di pekerjaan (Hestu, Yudi dan lainnya) yang sama gilanya. Dan saya sadar saya tak mungkin bisa bertahan sejauh ini tanpa kekuatan yang mereka berikan. Persis kaki kaki-kursi yang menjaga keseimbangan hidup saya.

Dengan semangat persahabatan saya mengajak pembaca untuk menjadi kaki kursi (penguat, penyokong) bagi siapapun disekitar anda, bisa jadi itu keluarga, teman bahkan sahabat, bahkan teman-teman yang hidup dijalan, yang tengah berjuang memperbaiki nasib. Hidup memang keras, persaingan-persaingan kadang menampilkan wajah yang tak biasa kita lihat saat hari raya, kadang bikin shock. Tapi senyuman anda -ya anda- bisa jadi matahari yang paling manis sepanjang hari itu.

Kata-kata anda akan menenangkannya, pendengaran anda akan melumerkan gejolak atau kemarahan yang selama ini terpendam, percayalah persahabatan anda ini akan dikenang sepanjang hidupnya. Banyak filsuf mengatakan kebahagiaan manusia adalah pada saat memberi. Mungkin kini adalah saat yang tepat : This is time to give, tak harus uang, tapi perhatian dan sikap persahabatan akan membuat seseorang berpikir ulang mengharapkan kematian.

Saya berharap kekuatan anda, kesediaan anda akan mengubah keseluruhan kehidupan seseorang hingga kita tak akan dengar lagi 'seseorang bunuh diri' karena : ia punya seseorang yang hebat seperti anda didekatnya.

Tidak ada komentar: