Sabtu, 14 Februari 2009

Pilihan Dan Ketetapan



Beberapa waktu lalu kerabat saya mengangkat seorang anak yang masih bayi. Saat itu sang bayi terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena masalah pencernaan, ketika saya datang jarum infus menancap dilengan mungilnya yang rapuh, tiap bangun tidur bayi laki-laki berusia 6 bulan itu tak mau lepas dari gendongan, tiap akan di tidurkan ia selalu menangis makin lama makin kenceng, akhirnya kami berenam yang ada di rumah sakit sepakat untuk gantian menggendongnya.

"Kasihan, orang tuanya sudah tidak bekerja. Anaknya banyak, usia sekolah pula, mereka tak sanggup beli susu, dia hanya dititipkan ke tetangga sedang orang tuanya kalang kabut cari uang. Tetangganya juga udah nyerah tak sanggup lagi karena mereka juga banyak anak dan penghasilannya cuma dari warung, bayi itu jarang di gendong, jarang diajak main" cerita kerabatku sambil sesenggukan, airmatanya meleleh perlahan. Matanya cekung karena kurang tidur, selain dia juga sedang sakit.

Rupanya itu yang menyebabkan sang bayi tak mau lepas dari gendongan. Diam-diam entah kenapa dalam hati saya ada semacam rasa sakit yang susah diurai. Menusuk ke ulu hati, kadang seperti menonjok-nonjok dan itu cukup membungkam saya seharian. Di RS kami "keluarga" nya yang baru menungguinya selama seminggu, gantian menggendong, menjaga, mengajaknya bermain.

Ada sesuatu disana. Mata yang polos, senderannya yang hangat, tawanya yang lepas. Rasanya melegakan merasakan lagi sesuatu yang tak bersyarat. Saat berlelah-lelah karena kurang tidur. Saat berdoa, kami baru sadar bahwa kami sudah jatuh cinta padanya, dan betapa menyenangkannya saat2 itu. Saat dimana cinta sudah tak dipusingkan oleh urusan pilih memilih.

Jika ada satu hak yang paling dasar yang diberikan Tuhan ke manusia, pastilah itu adalah kebebasan untuk memilih. Dalam hidup, urusan pilih memilih adalah hal biasa. Beberapa kategori/pilihan ditimbang-timbang, dihitung, dipikir lalu diputuskan dengan harapan itulah yang terbaik.

Namun ternyata banyak hal yang ada di diri kita juga bukan hasil pilih memilih, nego, tawar menawar, pesen dulu atau lobi-lobi dengan Yang Diatas.

Bayi kerabat saya itu contohnya. Dia tak memilih hendak dilahirkan dimana, sukunya apa, wni apa bule, dari rahim ibu yang mana, atau ayah dengan jabatan apa yang hartanya se gimana. Kelahirannya di tengah situasi yang berat tentu bukan salah hitung. Terlahir agak kurus pastinya bukan karena gagal nego. Kurang terurus juga bukan karena telat ngurus absen saat ngelobi. Jika sekarang terbaring di RS juga bukan karena gagal nawar.

Bukan tawar-menawar ini akan dirasakan sangat kuat bagi teman-teman penyandang cacat dan para sahabat yang di beri "old soul". Untuk pertama kali saat menyadari ada yang berbeda dalam dirinya. Banyak pertanyaan kenapa terlahir begini begitu, lalu di akhir menyadari apa yang di sandangnya bukanlah hasil "pesan dulu" ke Tuhan, tapi saya yakin perlindungan Tuhan buat mereka amat sangat sempurna.

Sekarang saya ingin mengajak pembaca menghargai pilihan-pilihan yang dimiliki, juga mengajak menerima hal-hal yang sudah merupakan ketetapan kita, kepastian, kemelekatan yang sudah merupakan 'kehendak' Sang Khalik Yang Maha Adil. Tidak terlalu berbangga diri atas hasil pilihan kita -yang menyenangkan dan indah itu. Juga tidak terlalu sedih dengan apa yang sudah terjadi.

Posisi anda sekarang sudah ada ditengah.

Pilihan yang disodorkan dan ketetapan yang mengikat itu adalah 'sudah demikian adanya', dan semua tentu ada maksudnya

Mau berusaha atau tidak itu pilihan, hasilnya ketetapan...
Pernah gegar otak itu ketetapan. Mau Belajar atau tidak itu pilihan.
Sariawan di mulut di lima tempat itu ketetapan. Makan soto atau sop kambing itu pilihan.
Menggunakan sepeda motor itu pilihan. Kena tilang itu ketetapan.
Mencintai itu pilihan. Kepada siapa orangnya itu ketetapan.

Tetapi. Memutuskan berbahagia di setiap saat dan disegala situasi lalu memberi yang terbaik dan sebagainya (.....isi sendirilah). Selamanya itu adalah pilihan anda.

Hak penuh anda yang tak seorangpun berhak merintangi atau menghalang-halangi.

Tidak ada komentar: